Terispirasi oleh cerita perjalanan Om Herry (HSX 002) di sini, awal April 2008 yang lalu akhirnya kuputuskan ‘tuk mencoba menjejaki lagi jejak-jejak ban Si biru Vario tunggangan Om Her…

Tadinya mo berangkat lewat utara dan pulang lewat selatan.. tp mengingat panas yang menyengat kl lewat utara.. maka diputuskan untuk lewat jalur selatan :

Bogor -Cikidang-Pelabuhan Ratu-Cisolok-Bayah-Cihara-Binuangen-Malingping-Cikeusik

-Cibaliung-Cimanggu-Sumur

Dari Bogor cuaca cerah berangkat pukul 10 pagi.. km dimulai dari nol.. bensin masih 3 bar.
Selepas tajur menuju sukabumi… kondisi jalan sudah mulai macet akibat jalanan yang bener2 rusak kl nga mo dibilang hancur.. bener kata om her.. mendingan ambil jalan pintas lewat Batutulis…

isi bensin di Cikereteg 10 rb (2.25 lt), km 18.
Memasuki trek cikidang baru perjalanan terasa nikmat dengan kecepatan 60-90 km/jam.. namun dibeberapa ruas..jalanan mulai tidak mulus (gradak) akibat lapisan atas aspal yg mulai tergerus air.

Sekitar jam 12 siang berhenti di Citarik buat makan siang sambil ngeliatin orang-orang yang sedang persiapan buat rafting… jam 12.30 perjalanan dilanjutkan.. nyempetin isi bensin di Pom Pelabuhan ratu 6 rb (1,33 lt), km 86. Lanjut lagi melewati kota Pelabuhan Ratu dan sejenak berhenti di Pantai Pelabuhan Ratu buat menikmati segarnya air kelapa muda.

Perjalanan dilanjutkan, dan dari cisolok hingga bayah akan menjumpai daerah pegunungan dengan pemandangan laut yang menakjubkan.. treknya juga sungguh menantang dari kelokan hingga tanjakan/turunan di pegunungan yang bisa dibilang cukup menguji nyali… Berhenti sejenak di Pom Bensin Bayah buat minum premium 1,33 lt, km 148, jam 2.48 sore.


Pantai Pelabuhan Ratu dilihat dari ketinggian

Sedangkan dari bayah hingga Binuangen… akan disuguhi oleh birunya pantai selatan di sisi kiri dan dan kuningnya sawah bersusun yang terhampar di perbukitan di sisi kanan jalan yang selalu menggoda mata anda untuk menikmatinya.

Sempat mampir ke Pantai Bagedur.. masih alami dengan hamparan pasir yang luas dan ombak yang cukup besar seperti Pantai Pangandaran…

Pantai Bagedur

Memasuki Binuangen jam 3.30 sore, isi bensin lagi 5000 perak, km menunjukan angka 197.

Sementara dari Binuangen-Cikeusik-Cibaliung-Cimanggu-Sumur akan disuguhi oleh suasana pedesaaan dari para petani yang sedang menjemur padinya di jalanan di depan rumah… terkadang diselinggi oleh hutan-hutan tropis yang menyejukkan… khusus di daerah Cibaliung.. jalanan mulai rusak sehingga kecepatan hanya bisa 20-60 km/jam.

Sampai di Sumur jam 5 sore, km menunjukkan angka 256 dengan total perjalanan sekitar 7 jam dan menghabiskan bensin sebanyak 5,7 Lt.

Catatan: Dari Pelabuhan Ratu hingga Sumur… bensin tercukupi dengan selalu mengisi bensin di Pom Bensin yang dilalui sehingga tidak perlu membeli bensin eceran yang banyak dijual di jalan.

Diputuskan untuk bermalam di Hotel Rhino, suatu cottage dengan nuansa rumah adat yang dikelilingi oleh rimbunya pepohonan sehingga benar2 menghasilkan suasana yg begitu alami.


Hotel Rhino

Selesai mandi.. langsung coba menikmati susasana kota Kecamatan Sumur yang merupakan kota terakhir sebelum memasuki kawasan Ujung Kulon…

Kota ini begitu sederhana.. toko-toko hanya buka di pagi hingga petang.. sedangkan cafetaria buka hingga jam 8 malam .

Di kala senja, kita bias menikmati suasana sunset dari dermaga yang biasa digunakan untuk menyeberang ke Pulau Umang sambil bercengkerama dengan penduduk sekitar yang memancing di dermaga tersebut.


semburat senja


Pulau Umang di kala senja


Krakatau di kejuhan


Semburat senja menemani anak-anak memancing

Minggu pagi disambut oleh pulangnya para pemancing sambil membawa ikan hasil tangkapannya..


Anak2 ceria membawa ikan hasil memancing

Jam 9.15 perjalanan pulang dimulai. Rute yang ditempuh sama seperti berangkat.. hanya berbeda dengan berbelok lewat jalur alternatif Batutulis.
Tiba di Bogor jam 6 sore. Waktu yang ditempuh lebih lama dari pada pas berangkat karena sepanjang perjalanan pulang banyak berhenti buat menikmati pemandangan.. bahkan sempat beristirahat sekitar 1 jam di daerah Cihara..di sebuah tempat peristirahatan di tengah sawah sambil memandangi birunya pantai selatan sambil bercengkerama bersama sepasang bapak-ibu tua yang banyak memberikan pandangan mengenai hidup.. (hatur nuhun sanget to Ibu Tati dan sang Suami..)